Rabu, 18 April 2012

Drama Panggung Politik Dalam Isu Kenaikan Harga BBM

Isu kenaikan harga BBM yang direncanakan pemerintah pada tanggal 1 april yang lalu,yang mana rencana Kenaikan harga BBM tersebut telah menimbulkan ketegangan dan kepanikan masyarakat.Masyarakat merespon isu kenaikan BBM dengan demo yang dilakukan secara sporadis di berbagai daerah Indonesia. Drama politik kenaikan harga BBM ini akhirnya berakhir lewat panggung rapat paripurna. Sebagimana diketahui sehubungan keputusan sidang paripurna DPR RI yang intinya harga BBM yang semula direncanakan naik per 1 April 2012 tidak jadi melainkan hanya dimungkinkan apabila fluktuasi harga 15 persen rata-rata dalam enam bulan. Hasil rapat paripurna DPR RI yang menunda kenaikan harga BBM ternyata mampu mengakhiri gejolak massa yang selama ini berkembang di masyarakat luas,debu ketegangan seolah sudah mengendap. Apa memang Tuntutan sebagian masyarakat terutama para pengunjuk rasa dan elit politik untuk menolak rencana kenaikan harga BBM sudah “terkabul” dengan penundaan kenaikan BBM ini.?
Terkait opsi pasal 7 ayat 6a yang menyatakan bahwa harga BBM bisa dinaikkan kalau harga minyak mentah dunia mencapai 15% dalam rentang 6 bulan, Pasal 7 ayat 6a memang menandakan harga BBM tidak naik Per tanggal 1 April, tetapi bukankah opsi pasal ini memberikan celah untuk pemerintah menaikkan harga BBM.? memang sampai saat ini rencana kenaikan harga BBM menjadi teki-teki yang akan menimbulkan ketegangan dalam birokrasi bangsa ini. Disatu sisi kita akan melihat pemerintah yang berkuasa mengatasnamakan rakyat akan menaikkan harga BBM dan Disisi lain juga partai oposisi akan melakukan penolakan kenaikan harga BBM,dalam hal ini memang pihak pemerintah yang berkuasa maupun partai oposisi mempunyai tujuan sama, yakni sama-sama untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Penulis sendiri pun jadi bingung siapa yang benar dalam hal ini.?
13336376341021152889
Drama panggung para elit politik di senayan tentang isu kenaikan BBM(antarafoto.com)
Begitu juga masyarakat kita,banyak sekali argumen serta silang pendapat tentang keharusan dan manfaat penaikan harga BBM. Namun di tengah kesenjangan hak politik dan ekonomi rakyat yang memprihatinkan saat ini, Drama politik kenaikan BBM yang terjadi saat ini hanyalah realitas nyata dari kemenangan politik yang mengatasnamakan rakyat, bukan kemenangan demonstrasi yang turun ke jalan yang mewakili hati nurani rakyat. Realitas politik bangsa kita mencerminkan perang kepentingan dan perang politik dalam isu kenaikan harga BBM. hal ini sangat rentan menipu dan menyesatkan rakyat berkat kelihaian aktor politik yang memainkan perannya dengan sangat sempurna. Ervin Goffman, sosiolog Kanada mengibaratkan realitas ibarat panggung sandiwara, dimana disana memang dipamerkan serta disajikan kehidupan/realitas kita, dan memang itulah seluruh yang kita miliki. Goffman membedakan dua ruang penampilan yang penting untuk dibedakan, yaitu panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage). Manusia merupakan aktor hidup atas realitas yang dijalaninya setiap hari. Manusia selalu berupaya mengadaptasi atau menggabungkan karakter persoanal dan sosial lewat action dan skenario.

Dalam drama hidup yang diperankan, manusia selalu menampilkan realitas yang berbeda. Ibarat panggung teater, panggung depan selalu berbeda dengan panggung belakang. Panggung depan selalu menampilkan realitas parsial-sementara nan penuh skenario. Sementara panggung belakang adalah realitas yang subtansil. Goffman memandang panggung depan sebagai realitas semu dan penuh kepura-puraan sementara panggung belakang adalah keaslian, hakikat tanpa manipulasi. Konteks drama politik kenaikan BBM, terlihat dalam rapat paripurna dan aksen yang ditampilkan partai politik atau elit penguasa. Elit penguasa melakonkan karakter lihai dan cerdas dalam memancing opini publik; menampilkan kesan komunikatif, terlihat sensitif sosial, tetapi realitas yang sebenarnya adalah menggerakkan opini publik, menyeret keberpihakan rakyat kecil demi tujuan jangka panjang.
Di tengah ketegangan antara partai koalisi dan oposisi yang bersikukuh dengan prinsipnya masing-masing. Bagaimana pun, ruang wacana penaikan harga BBM yang diinisiasi pemerintah, kemudian direspons oleh para elite politik senayan dan masyarakat umumnya dalam dinamika sebulan terakhir menjelang 1 April setidaknya menjadi refleksi berdemokrasi kita. Semua pernyataan, perilaku, keputusan politik yang terjadi saat ini.yang hanya dikelola dengan kelangkaan nilai-nilai politik yang membuat para elite politik selalu gagal mendalami demokrasi sebagaimana mestinya sehingga yang tersisa cuma akumulasi prasangka dan kecurigaan.
Karena Bagaimana pun harga BBM, nafas rakyat,tidak bisa seenaknya dinaikkan sementara pemerintah tak pernah berpikir visioner menciptakan sumber energi alternatif dan menyelamatkan cadangan energi kita selama 14 tahun terakhir ini. Lalu para mafia minyak, koruptor di partai, birokrat, yang memakan anggaran kesejahteraan rakyat dibiarkan begitu saja. Rakyat tidak bodoh,rakyat tahu bahwa Kecenderungan yang terlihat dari keinginan penaikan BBM semata-mata karena ketidakmampuan pemerintah keluar dari jebakan intervensi kapitalis asing yang ingin menghapus subsidi dan membiarkan harga BBM berjalan sesuai harga pasar.Untuk itu ditengah Perang politik dan kepentingan dalam arena kenaikan harga BBM menjadi bahan renungan kita sebagai warga Negara bangsa ini untuk menumbuhkan kritisisme sosial dan politik di tengah politik transaksional. Tidak cukup memberikan penilaian dan penjelasan sebatas apa yang terlihat, karena di balik panggung drama kenaikan BBM, ada investasi politik jangka panjang yang sedang di-design para elit politik kita.

0 komentar:

Posting Komentar