Selasa, 17 April 2012

dampak terlalu lama duduk

Kehidupan harus dijalani dengan penuh keseimbangan, itulah kunci menuju sehat dan sukses. Setiap hari semua orang dikarunia 24 jam, 1.440 menit dan 86.400 detik, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang. Namun peruntukan waktu tersebut amat berlainan, ada yang begitu bermakna dan ada yang bablas angine begitu saja. Persespsi setiap orang terhadap waktu berbeda-beda, ada yang beranggapan waktu adalah uang, waktu adalah pahala, waktu adalah kesenangan, dan sebagainya.
Dalam 24 jam ada orang yang lebih memprioritaskan bekerja, bersosialisasi, bengong, bahkan tiduran. Ya, setiap orang diberi kebebasan  untuk menggunakan waktunya, kecuali orang yang tertunda atau terampas kemerdekaannya. Betapa indah dan nikmatnya arti kehidupan jika memiliki kebebasan untuk berimprovisasi dan berkreativitas sesuai dengan gagasan dan kehendak. Namun itu tadi, tidak ada orang yang sepenuhnya merdeka. Kebebasan setiap orang dibatasi oleh kemerdekaan orang lainnya. Setiap orang bebas berbuat sesuatu, namun tidak boleh melanggar batas kedaulatan orang lainnya.
Kehidupan adalah olah rasa, olah pikir, olah kata, olah raga dan olah sikap, siapa yang kreatif  dalam mengelola kelima olah tersebut maka bisa menuai sukses. Olah rasa ialah menyangkut bagaimana mengeksploitasi rasa yang positif dan meredam rasa yang negatif. Olah pikir ialah bagaimana memanajemi cara berpikir sehingga menghasilkan sesuatu yang positif, proaktif dan produktif. Olah kata ialah bagaimana menata bahasa dan intonasi sehingga menghasilkan interaksi sosial yang berkualitas. Olah raga atau olah tubuh ialah bagaimana mengelola setiap organ tubuh supaya kesehatan dan kinerjanya terpelihara. Sebagai gambaran sederhana, dengan hanya berjalan kaki minimal satu jam per hari, maka kesehatan dan kinerja organ tubuh seperti otak, jantung, ginjal, paru-paru, kaki, dan sebagainya akan bertambah baik. Olah sikap ialah bagaimana mengelola sikap dan tindakan supaya senantiasa dalam koridor kehidupan yang baik dan benar.
Saat ini banyak orang yang terjebak dan rutinitas, baik yang bersifat produktif maupun sekedar hiburan. Perhatikan di kantor-kantor, para pegawai duduk di kursi selama ber-jam-jam, dengan hanya memandangi dan memfungsikan seperangkat komputer di depannya. Begitu pula para pengemudi, penjahit, pedagang, dosen, guru, mahasiswa, mahasiswa, duduk berjam-jam untuk satu kegiatan yang menyita waktu. Di depan pesawat televisi pun setiap anggota keluarga bisa bertahan sekian lama, seorang ibu muda atau gadis remaja misalnya, begitu terlarut dalam melo-drama Korea. Sementara si adik kecil berikut kakak-kakaknya begitu keasyikan memainkan play station-nya.
Berjam-jam duduk adalah tidak menyehatkan, bahkan membahayakan.  Dengan hanya duduk maka “lima olah” yang terdiri dari olah rasa, olah pikir, olah kata, olah raga dan olah sikap tidak bekerja dengan optimal. Kehidupan seolah mengalami jeda atau stagnasi. Dampak yang paling mencolok adalah terhadap kesehatan tubuh, raga atau fisik. Dengan hanya duduk dan duduk maka berbagai potensi gangguan kesehatan akan mulai bermunculan, seperti kecenderungan menjadi obesitas, peredaran darah yang kurang lancar, fungsi mata yang mengalami degradasi, penimbunan kristal dan berbagai  material sisa metabolieme tubuh  di ginjal (bisa berlanjut dengan penyakit batu ginjal bahkan disfungsi ginjal), gangguan ereksi, lemahnya kordinasi otot dan tulang, penuaan dini, dan sebagainya.
Dengan memperhatikan begitu banyaknya kerugian akibat terlalu banyak duduk, maka seharusnyalah berdiri minimal satu jam sekali. Lebih bagus lagi bukan sekedar berdiri, tetapi berjalan dan bergerak, bagaimanapun semua organ tubuh kita, dari yang paling atas sampai yang paling bawah tidak boleh didiamkan. Ilustrasi sederhana, bagaimana jadinya jika memiliki mobil bagus namun tidak pernah dipergunakan, bahkan mesinnya tidak pernah dihidupkan dalam jangka waktu yang lama. Ya, mobil semewah apapun kalau tidak dijalankan hanya akan teronggok, berkarat dan  menjadi besi tua, hanya diam dan membisu di sebuah garasi.

0 komentar:

Posting Komentar